Di sana, tidak jauh dari pantai, dia duduk menunggu dengan damai. Tak ada yang mendesak, tidak ada iritasi. Dia tampak menikmati menunggu, mungkin dia tumbuh dewasa hanya untuk menunggu. Dia tampak tidak gelisah tapi juga tidak ceria.
Dia duduk sambil mengamati beberapa anak kecil bermain layang-layang. Ketika matahari telah terbenam selama satu jam yang lalu, dan di sana, entah apa yang ia pikirkan, dia masih menunggu.
Apa yang dia tunggu? Tidak ada orang lain di sana selain dirinya.
Aku melihat dia perlahan-lahan berdiri dan melangkahkan kakinya menuju arah datangnya suara ombak yang tampaknya tak pernah menjangkau pantai berpasir. Oh tidak, aku tidak menyadari di sana ada seseorang yang juga sedang berdiri sambil mengamati gelombang-gelombang pasang surut yang terus-terus menolak untuk berpegang pada pantai berbatu itu.
Dia menghentikan langkahnya tepat di bibir pantai itu, tidak jauh dari orang asing yang lebih dulu berdiri di sana. Aku yakin dia mengenal orang asing itu dan berharap merubah sesuatu di sana. Dia akhirnya berbalik dan mendekatinya.
Sebuah kisah tak terkatakan tampaknya telah lama tumbuh di antara mereka di bawah naungan pohon. Tidak ada pelukan, tidak ada jabat tangan, tak ada pengakuan, tidak ada suasana kegembiraan namun keintiman di antara mereka tampak tumbuh melampaui jarak. Ada rasa keakraban terselubung di antara mereka membuka berlembar-lembar pertanyaan.
Apakah itu cinta terlarang? Cinta yang tak terpenuhi? Cinta yang terpisah di mata orang namun sebenarnya mereka dekat melebihi apapun?
Begitu banyak benang-benang kusut yang harus diuntai dalam pikiranku ketika aku melihat keakraban mereka bersama. Aku tidak akan pernah diberitahu tentang kisah mereka selain belajar bagaimana cinta mereka berdiri menempuh ujian waktu.
Kisah mereka tidak akan pernah terungkap seperti ombak yang selalu ingin menjangkau tapi tidak pernah bisa kugenggam.[facemashpost]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar